RIWAYAT PERJALANAN ALMIAH PENYAKIT
TBC
OLEH : ULIYA HULUL AZMI
A. PENGERTIAN
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah
suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa.
Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu
lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
A. INTERAKSI HOST, AGENT DAN LINGKUNGAN
Dewasa ini wawasan mengenai diagnosis, gejala, pengobatan
dan pencegahan TBC sebagai suatu penyakit infeksi menular terus berkembang.
Sejalan dengan itu, maka perlu dipelajari faktor-faktor penentu yang saling
berinteraksi sesuai dengan tahapan perjalanan alamiah.
1.
Periode
Prepatogenesis
a. Faktor Agent (Mycobacterium
tuberculosis)
Karakteristik
alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia atau
antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu
yang lama.
Pada Host,
daya infeksi dan kemampuan tinggal sementara Mycobacterium Tuberculosis
sangat tinggi. Patogenesis hampir rendah dan daya virulensinya tergantung dosis
infeksi dan kondisi Host. Sifat resistensinya merupakan problem serius
yang sering muncul setelah penggunaan kemoterapi moderen, sehingga menyebabkan
keharusan mengembangkan obat baru.
Umumnya
sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi. Untuk
transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta transmisi
kongenital yang jarang terjadi.
b. Faktor Lingkungan
Distribusi
geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar
dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola
sekuler tanpa dipengaruhi musim dan letak geografis.
Keadaan
sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran sosiobiologis
menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas sosial yang
mencakup pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan
tekanan ekonomi. Terdapat pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi
dan urbanisasi komunitas perdesaan. Selain itu, gaji rendah, eksploitasi
tenaga fisik, penggangguran dan tidak adanya pengalaman sebelumnya tentang TBC
dapat juga menjadi pertimbangan pencetus peningkatan epidemi penyakit ini.
Pada
lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan berulang-ulang dengan
hewan ternak yang terinfeksi adalah berbahaya.
c. Faktor Host
Umur
merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak kejadian dan
kematian ; (1) paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita,
(2) paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan,
perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita, (3) puncak sedang
pada usia lanjut. Dalam perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda,
walau tetap tidak berlaku pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan
penumpukan grup sampel usia ini atau tidak terlindung dari resiko infeksi.
Pria lebih
umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan tekanan
psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi. Penduduk pribumi memiliki
laju lebih tinggi daripada populasi yang mengenal TBC sejak lama, yang
disebabkan rendahnya kondisi sosioekonomi. Aspek keturunan dan distribusi
secara familial sulit terinterprestasikan dalam TBC, tetapi mungkin mengacu
pada kondisi keluarga secara umum dan sugesti tentang pewarisan sifat resesif
dalam keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan dalam
infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian. Status gizi,
kondisi kesehatan secara umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai
mekanisme pertahanan umum juga berkepentingan besar. Imunitas spesifik
dengan pengobatan infeksi primer memberikan beberapa resistensi, namun sulit
untuk dievaluasi.
B. Periode Pathogenesis (Interaksi Host-Agent)
Interaksi terutama terjadi akibat masuknya Agent ke
dalam saluran respirasi dan pencernaan Host. Contohnya Mycobacterium
melewati barrier plasenta, kemudian berdormansi sepanjang hidup individu,
sehingga tidak selalu berarti penyakit klinis. Infeksi berikut seluruhnya
bergantung pada pengaruh interaksi dari Agent, Host dan
Lingkungan.
A. TAHAP PENCEGAHAN
Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan peranan Agent,
Host dan Lingkungan dari TBC, maka tahapan pencegahan yang dapat
dilakukan antara lain :
1. Pencegahan Primer
Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC
paling efektif, walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan
mempertahankan standar kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi.
Proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan TBC yang
meliputi ; (1) Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan
internasional pada daerah dengan angka kejadian tinggi dan orang tua penderita
atau beresiko tinggi dengan nilai proteksi yang tidak absolut dan tergantung Host
tambahan dan lingkungan, (2) Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang
dinilai terbukti ketika kontak dijalankan dan tetap harus dikombinasikan dengan
pasteurisasi produk ternak, (3) Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu
pada pencegahan dan pengobatan diabetes, silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan
mental.
2. Pencegahan Sekunder
Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar
pengontrolan kasus TBC yang timbul dengan 3 komponen utama ; Agent, Host
dan Lingkungan.
Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan
aplikasi modern kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari finansial,
materi maupun tenaga. Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan indikator
anak yang terinfeksi TBC sebagai pusat, sehingga pengobatan dini dapat
diberikan. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat dan gejala infeksi
juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif.
Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan
rantai infeksi TBC, dengan imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis
pada TBC positif. Kontrol lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit,
disinfeksi dan cermat mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga
ditemukan bahwa kontaminasi lingkungan memegang peranan terhadap epidemi
TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk membatasi kasus baru
harus dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari tekanan psikis.
3. Pencegahan Tersier
Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan
TBC. Dimulai dengan diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha
penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut dan
hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung
situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan media
pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya
rehabilitasi.
Selain itu, tindakan pencegahan sebaiknya juga dilakukan
untuk mengurangi perbedaan pengetahuan tentang TBC, yaitu dengan jalan sebagai
berikut :
a) Perkembangan media.
b) Metode solusi problem keresistenan
obat.
c) Perkembangan obat Bakterisidal baru.
d) Kesempurnaan perlindungan dan
efektifitas vaksin.
e) Pembuatan aturan kesehatan primer
dan pengobatan TBC yang fleksibel.
f) Studi lain yang intensif.
g) Perencanaan yang baik dan
investigasi epidemiologi TBC yang terkontrol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar