Nama: Ni putu intan sri handayani
NIM : 030112b051
Kls : I B
MEKANISME PELEPASAN PLASENTA
A .Pengertian
Kala III persalinan dimulai
dari kelahiran bayi sampai pengeluaran plasenta dan selaput ketuban (Jones,
2001 : 75).
Pada kala III persalinan otot
uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus
setelah lahirnya bayi. Penyusutan ini menyebabkan berkurangnya implantasi
plasenta menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka
plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus (Depkes
RI, 2007 : 123).
Tiga tanda lepasnya
plasenta yaitu perubahan bentuk dan tinggi uterus, tali pusat memanjang dan
semburan darah mendadak dan singkat (Depkes RI, 2007 : 124).
B. Fase – Fase pelepasan plasenta
Proses kelahiran plasenta ini berlangsung 5-30 menit dengan kontraksi
uterus 2-3 menit sekali. Antara multipara dan primipara biasanya tidak terdapat
perbedaan pada durasi kala III (Farrer, 2001 : 128).
Kala III terdiri dari 2 fase yaitu
a) Fase pelepasan uri
Selama proses persalinan
terjadi kontraksi otot rahim yang disertai retraksi, artinya panjang otot rahim
tidak kembali pada panjang semula sehingga plasenta terlepas dari
implantasinya. Umumnya pelepasan terjadi dalam 5 menit terahir kala II.
Gejala – gejala yang
menunjukkan terjadinya pelepasan plasenta meliputi :
§ Keluarnya darah dari vagina
§ Tali pusat diluar vagina bertambah panjang
§ Fundus uteri didalam abdomen meninggi pada
saat placenta keluar dari uterus masuk kedalam vagina.
§ Uterus menjadi keras dan bulat
Cara pelepasan ada
beberapa macam yaitu :
(1) Cara pelepasan menurut Duncan
Lepasnya uri mulai dari
pinggir,jadi pinggir uri lahir duluan.
(20 %). Darah akan
mengalir keluar antara selaput ketuban.
(2) Cara pelepasan menurut Schultte
Lepasnya seperti kita
menutup payung, cara ini yang paling sering terjadi (80%). Yang lepas duluan
adalah bagian tengah, lalu terjadi retroplasental hematoma yang menolak uri
mula – mula bagian tengah,kemudian seluruhnya. Menurut cara ini,perdarahan
biasanya tidak ada sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir.
(3) Bentuk kombinasi pelepasan plasenta,
b) Fase pengeluaran
Apabila
gejala – gejala tersebut sudah ada diatas maka plasenta sudah siap untuk
dikeluarkan.Kalau pasiannya sadar maka ia diminta untuk mengejan sementara
dilakukan tarikan perlahan – lahan pada tali pusat.
Perasat
untuk mengetahui lepasnya uri yaitu :
(1) Perasat kustner
Tangan kanan menegangkan
tali pusat, tangan kiri menekan di atas
simfisis pubis. Bila tali pusat tidak masuk lagi ke dalam vagina berarti
plasenta telah lepas.
(2) Perasat strassman
Tangan kanan mengangkat tali
pusat, tangan kiri mengetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tangan
kanan, berarti plasenta belum lepas.
a. Perasat klein
Ibu diminta mengejan, tali
pusat akan turun, bila berhenti mengejan, tali pusat masuk lagi, berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus
b. Perasat Manuaba
Tangan kiri memegang uterus
pada segmen bawah rahim, sedangkan tangan kanan memegang dan mngencangkan tali
pusat. Kedua tangan ditarik berlawanan, dapat terjadi
· Tarikan terasa berat dan tali pusat tidak
memanjang, berarti plasenta belum lepas.
· Tarikan terasa ringan (mudah) dan tali
pusat memanjang, berarti
plasenta telah lepas
Pengeluaran selaput janin (
membrane ) dilakukan sedemikian rupa sehingga selaputnya dapat keluar dengan
utuh :
·
Plasenta
yang telah lahir dipegang selanjutnya selaput ditarik dan dipilinkan seperti
tali.
·
Ditarik
dengan klem perlahan – lahan
·
Dikeluarkan
dengan manual dan digital
Normalnya, pelepasan uri ini
berkisar ¼ - ½ jam sesudah anak lahir, namun kita dapat menunggu paling lama
sampai 1 jam. Tetapi bila banyak terjadi perdarahan atau bila ada persalinan –
persalinan yang lalu ada riwayat perdarahan
postpartum, maka tak boleh menunggu, sebaiknya plasenta dikeluarkan
dengan tangan. Juga kalau perdarahan sudah lebih dari 500 cc atau satu
nierbekken, sebaiknya uri langsung dikeluarkan secara manual dan diberikan
uterus tonika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar